Arti Penjara bagi Tjahaja Purnama
Masuk penjara tentu bukan menjadi tujuan setiap orang. Penjara adalah tempat sebuah kebebasan direnggut dari hidupnya. Penjara pun menjelma menjadi tempat yang menakutkan bagi banyak orang. Tak heran bila terdengar berita orang berusaha melarikan diri dari penjara.
Ahok, Basuki Tjahaja Purnama sekarang dipenjara. Itu memang kenyataannya. Tuduhan sebagai penista agama adalah biangnya. Upaya hukum ditempuh untuk menyanggah tuduhan ternyata berujung pada putusan masuk penjara.
Ini tentu bukan hal mudah untuk diterima oleh Ahok. Hatinya pasti bergumul hebat. Mengingat, tidak ada maksud untuk menghina agama lain ketika menyebut surat Al Maidah 51. Tujuannya tidak lain untuk mengkritik para politisi busuk yang suka menjual dan mencuri ayat-ayat kitab suci untuk kepentingan syahwat politiknya.
Tidak ada pergumulan batin yang lebih hebat daripada ketika orang harus menerima hal yang tidak sepantasnya tidak ia diterima. Itulah yang dirasakan Ahok yang tentu membuatnya sangat sedih. Persis seperti tergambar ketika dia membacakan pledoi.
Dalam situasi batin seperti itu, Tjahaja Purnama harus menghuni penjara. Hal atau misteri apa yang membuatnya bisa menerima kenyataan pahit itu? Tentu kembali pada pribadi Ahok. Seorang pribadi yang beragama Kristen dan tekun merenungkan Sabda Tuhan.
Dapat dibayangkan, sosok pembelajar ini bertemu dengan tulisan dalam Kitab Sucinya. Surat 1 Petrus 2:19-21.
“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”
Sangat mungkin, perenungannya akan teks tersebut memberinya kekuatan dan ketabahan untuk menjalani hidup dalam penjara. Situasi penjara diterima, dan tentu ini lebih menenangkan hatinya. Kekuatan batin yang tenang inilah yang bisa mengubah penjara. Bukan lagi menjadi tempat yang menyeramkan, karena bagi Ahok, penjara adalah rumahnya.
Apa yang disampaikan Teguh Samudera, salah satu anggota tim kuasa hukum Ahok kepada Laskar4d.com menjelaskan hal tersebut.
Teguh juga menyampaikan bahwa pada awal Ahok menghuni Rutan Mako Brimob, Mei 2017, kliennya itu lebih banyak berdoa dan menenangkan diri. Buah dari doa yang bersumber dari ketekunannya berefleksi diri ini membuat Ahok sangat bersahabat dengan waktu.
Tidak heran bila seiring dengan berjalannya waktu, Ahok mulai menikmati suasana di tahanan. Selain berolahraga, Ahok juga melatih dirinya dengan latihan kungfu keseimbangan dan sempat pula belajar Bahasa Mandarin.
Dan, yang hebat dari seorang Ahok dalam penjara adalah aktif menulis. Menurut Teguh, tulisan Ahok memuat berbagai macam topik. Mulai dari renungan dirinya selama berada di tahanan hingga pemikirannya tentang dunia yang lebih luas, salah satunya soal politik dan kehidupan warga DKI Jakarta.
Menurut orang bijak, menulis adalah sarana untuk menuju pencerahan. Mengingat, ketika menulis itu orang sedang melakukan olah cipta, olah rasa dan olah jiwa. Tidak mengherankan bila Teguh menuturkan kalau sekarang, Pak Ahok juga tambah belajar mengolah pikiran, perasaan, dan pengalaman. “Banyak mendengar, sedikit bicara, dan banyak berpikir,” tutur Teguh.
Bagaimanapun, ketika mutiara dibuang ke kandang babi tetaplah mutiara. Dan, itulah Ahok. Sebagai tanda bahwa penjara telah dianggap rumahnya adalah kepeduliannya. Mengingat, kata Teguh, selama dalam tahanan, Ahok membantu mengurus administrasi pihak rutan. Hal mana ini sesuai dengan kebijakan pihak rutan atau lapas kepada warga binaan agar mereka tetap memiliki kesibukan yang bermanfaat.
Untuk berbuat baik ternyata bisa dilakukan dimana pun tempat. Inilah sebuah revolusi mental yang ditunjukkan seorang Ahok. Di penjara dia tetap manusia ciptaan Tuhan yang berguna. Semangat pantang menyerah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dihayati benar oleh Ahok. Jadilah penjara menjadi rumah baru bagi Ahok. Rumah yang menjadi tempat baginya untuk mengembangkan segi kemanusiaannya. Empati Ahok jelas tidak berubah, dan malah semakin matang.
Hal mana ini ditunjukkan dengan kesungguhannya membalas surat dari warga dan pendukungnya. Surat-surat yang jumlahnya sekitar ribuan itu hampir setiap hari dititipkan kepada tim kuasa hukum untuk diantar ke tempat Ahok. Menariknya, sebagaimana disampaikan Teguh, surat yang kasih alamat, perangko, sama kertas kosong pasti dibalas sama Pak Ahok. Dia maunya balas sendiri satu-satu, mau dibantuin katanya enggak boleh, harus dia yang balas sendiri.
Setiap dukungan, harapan, hingga doa dari pendukungnya, tetap dibalas Ahok dengan ucapan terima kasih serta doa yang sama. Sebagai penutup, Ahok turut menyertakan nama terang dan tanda tangannya untuk diberikan kepada pengirim surat.
Posting Komentar
Posting Komentar