Strategi Jitu Jokowi Meningkatkan Kesadaran Literasi Anak Negeri
Pada berita utama Harian Kompas tanggal 7 Februari 2017 yang lalu tertulis “Rendahnya kesadaran literasi menjadi salah satu faktor pendorong masifnya peredaran kabar bohong atau hoax. Dengan budaya baca yang rendah, masyarakat menelan informasi secara instan tanpa berupaya mencerna secara utuh”. Benar memang, betapa banyak masyarakat Indonesia yang begitu mudah percaya dengan informasi yang belum dapat terbukti kebenarannya. Sekali baca langsung percaya tanpa mau berusaha mencerna dan berpikir untuk mencari kebenaran terlebih dahulu.
Hal itu tentu sangat berbahaya di era global yang dimana sumber informasi sangat mudah didapat terutama di jejaring sosial media. Di jejaring sosial media siapa saja boleh menuliskan informasi baik itu benar maupun rekayasa belaka dan siapa saja boleh menyebarkan informasi yang telah dibacanya entah itu benar atau salah.
Kesadaran literasi masyarakat kita memang sangat memprihatinkan, hal itu tentu tidak baik bagi bangsa kita dan bagi diri kita sendiri. Sebuah fakta yang tidak bisa kita tolak adalah sebagaimana yang telah diteliti oleh UNESCO pada tahun 2012 yang lalu, hasil penelitian itu menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Di antara 250 juta penduduk Indonesia, hanya 250.000 yang punya minat baca. Artinya dari 1.000 orang hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca. Sungguh fakta yang sangat menyedihkan.
Lebih memprihatinkan lagi adalah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2003 hingga 2014 oleh World’s Most Literate Nations, Central Connecticut State Univesity yang mengatakan bahwa literasi Indonesia berada di peringkat ke-60, posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Pak Presiden Joko Widodo selaku peminpin tertinggi Indonesia yang mulai khawatir dengan banyaknya beredar berita bohong atau hoax di sosial media dan dengan mudahnya berita itu diterima dan disebarkan karena kesadaran literasi masyarakatnya yang masih rendah, serta sangat menyayangkan dengan hasil riset yang mengatakan bahwa Bangsa Indonesia selalu berada di peringkat dua terbawah tentang minat bacanya. Saat itulah Pak Presiden Joko Widodo mulai berwacana untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dan memberikan kepedulian lebih terhadap dunia literasi Indonesia.
Kepedulian Pak Joko Widodo pada dunia literasi tidak hanya saat beliau menjabat sebagai Presiden saja, tapi semenjak beliau menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta beliau memang senang membagi-bagikan buku kepada anak-anak. Misalnya pada saat blusukan di Tanah Abang, begitu pula ketika banjir melanda Kelurahan Cawing, Kecamatan Kramat Jati, Jawa Timur. “Membacalah dan bangsa ini akan terhindar dari buta karena ketidaktahuan” itulah senirai pesan yang dituliskan Pak Joko Widodo pada buku yang diberikannya kepada anak-anak Indonesia sang penerus bangsa untuk menyuntik semangat minat baca anak-anak Indonesia.
Kemarin, tepatnya pada 9 Februari selepas magrib, Pak Presiden Joko Widodo meluangkan waktu untuk mampir di salah satu toko buku di Maluku City Mall, Kota Ambon. Kegitan itu khusus beliau luangkan untuk melihat dan membeli beberapa buku. Kegiatan yang beliau lakukan itu beliau unggah di sosial media miliknya dengan menuliskan sebuah kalimat penting untuk warga negaranya “Kita semua harus meningkatkan minat baca dan keingintahuan akan ilmu. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, untuk Indonesia lebih maju”.
Ya, meningkatnya minat baca masyarakat dalam suatu bangsa adalah pertanda bahwa bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang maju. Hal itu jelas dituliskan Dr. Raghib Sirjani dalam bukunya berjudul Spiritual Reading, beliau mengatakan “Bangsa yang maju adalah bangsa yang di mana masyarakatnya banyak membaca”. Hal itu terbukti dan sangat sejalan dengan penelitian yang akurat dan dapat dipercaya.
Lihatlah bangsa yang maju pada saat ini. Semisal Jepang, Amerika, dan Negara-negara Eropa Barat lainnya, mereka masih memimpin kemajuan dunia. Kemajuan tersebut tidak terlepas dari rajinnya para penduduknya menelaah buku-buku dan gemarnya mereka membaca berbagai referensi berupa karya tulis. Beribu macam penelitian dapat mereka teliti, berarus-ratus penemuan dapat mereka ciptakan, berbagai macam inovasi berhasil mereka telurkan. Semua itu mereka dapatkan dikarenakan dari buku-buku yang mereka baca, yang membuat mereka lebih aktif berfikir dan menambah wawasan mereka.
Pak Presiden Joko Widodo kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia literasi dan minat baca masyarakat Indonesia dengan mengundang para pegiat literasi pada hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2017 yang lalu. Sang RI-1 makan bersama dan berbincang mesra di Istana Negara dengan para pegiat literasi yang telah dipilihnya dari beberapa penjuru negeri. Sangat jauh berbeda dengan pemimpin sebelumnya, Pak Presiden Joko Widodo yang ingin berhasil dengan perubahan yang dilakukannya, selalu ingin melihat, mendengar dan merasakan apa yang dirasakan warga negaranya.
Itulah sebabnya Pak Presiden Joko Widodo suka berbincang di Istana Negara dengan tamu-tamunya. Makan dan berbincang bersama di Istana Negara adalah agenda yang sering dibuat Pak Presiden Joko Widodo selaku pemimpin tertinggi. Dirinya ingin selalu dekat dengan masyarakatnya dan juga ingin memberikan penghargaan dengan cara mengundang makan bersama di Istana Negara kepada siapa saja yang berusaha ikut turut serta membangun bangsa dan ingin memajukan bangsa.
Pada saat bincang-bincang di Istana Negara dengan para pegiat literasi Pak Presiden Joko Widodo mendengarkan kisah perjuangan pegiat literasi dari berbagai macam bentuk perjuangan masing-masing daerah. Pada kesempatan itu pula Pak Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar di setiap titik kegiatan mereka itu di kirim minimal 10.000 buku. Dan pada saat itu pula Pak Presiden Joko Widodo berwacana untuk menyediakan satu hari khusus setiap bulan di mana biaya pegiriman buku akan dibebaskan atau digratiskan. Wacana Pak Jokowi memang bukan sekedar rencana saja tapi dapat dibuktikan dengan aksi nyata. Terbukti sejak tanggal 17 Juni, PT Pos Indonesia menggratiskan pengiriman buku ke seluruh wilayah Indonesia dengan syarat berat paket maksimal 10 Kg dan pada paket tersebut mencantumkan kata “BERGERAK”.
Hal itu adalah bentuk dari kepedulian Pak Presiden Joko Widodo terhadap literasi Indonesia. Itulah stategi jitu Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kesadaran literasi anak negeri. Semua itu beliau lakukan tentunya untuk mengangkat kembali derajat bangsa ini, karena memang bangsa yang maju adalah dimana masyarakatnya banyak membaca buku-buku. Masalah rendahnya kesadaran literasi bangsa ini adalah masalah lama, jika masalah ini ingin dipecahkan dengan menggunakan cara-cara lama dan hanya sekedar wacana saja bisa dipastikan tak akan keluar solusi yang tepat dan takkan ada kemajuan yang meningkat.
Sebab itulah Pak Presiden Joko Widodo menggunakan cara yang segar dan baru, seperti berkunjung ke toko buku untuk melihatkan kepada masyarakatnya bahwa sesibuk apapun aktifitas kita sempatkan ke toko buku dan membaca buku, mengirimkan 10.000 buku pada titik kegiatan pegiat literasi dan menggratiskan pengiriman buku ke seluruh Indonesia setiap bulan pada tanggal 17. Diharapkan cara baru dan segar itu akan memberikan hasil yang lebih baik dan masalah lemahnya kesadaran literasi Indonesia hari ini, di tahun mendatang kesadaran literasi kita jauh lebih baik.
Hari ini kita dapat melihat bahwa Pak Presiden Joko Widodo adalah Presiden yang anti wacana tapi nyata karyanya. Sekali lagi beliau mencatatkan keberhasilannya mencatat namanya di panggung sejarah Bangsa Indonesia bahwa di saat beliau menjabat sebagai Presiden, beliau sangat berperan penting untuk membantu kesadaran literasi Indonesia mulai dari mengajak untuk mengunjungi toko buku kepada warga negaranya, mengirimkan 10.000 buku pada titik kegiatan pegiat literasi dan menggratiskan pengiriman buku ke seluruh Indonesia setiap bulan.
Percayalah, esok lusa kita juga akan mendengarkan hasil riset UNESCO maupun riset-riset yang lain mengatakan bahwa literasi Indonesia lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Esok lusa masyarakat kita akan lebih cerdas mencerna informasi dan tak lagi mudah percaya dengan berita bohong atau hoax yang tersaji di sosial media.
Saat ini pemerintah telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dan telah memberikan semangat perubahan. Tingga kita selaku warga negara mau berubah ke arah yang lebih baik atau tidak. Memang perubahan yang dilakukan pemerintah belum tentu membuat sesuatu menjadi lebih baik. Namun, tanpa perubahan yang telah dilakukan oleh mereka, tidak akan ada pembaruan, tidak akan ada kemajuan.
Posting Komentar
Posting Komentar