Dukungan Perindo kepada Jokowi yang diucapkan di bibir mulut Hary Tanoe, membuat banyak orang bertanya-tanya. Partai pendukung Anies Sandi yang didukung oleh orang-orang intoleran, menjadi sebuah hal yang paling menggelikan dilakukan oleh Hary Tanoe.
Kita tahu bahwa para pendukung Anies dikenal anarkis dan mudah mengkafir-kafirkan orang. Seperti dunia tanpa cermin, Hary Tanoe pun mendukung Anies, dan tidak ada yang mengkafir-kafirkan dirinya. Entah mengapa, istilah kafir sudah beralih definisi, menjadi sangat murah.
Namun di dalam manuver politiknya, Hary Tanoe tiba-tiba mendukung Jokowi yang pernah sangat dekat dengan Ahok. Pernyataan dukungan Hary Tanoe kepada Jokowi muncul pasca Bos MNC Group berjumpa dengan Menteri Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri, politisi PDI-P.
PDI-P juga akan mengkaji langkah hukum dengan cara mempolisikan wakil ketua umum Gerindra, Arief Poyuono. Setelah Gerindra dilaporkan ke polisi, entah kebetulan atau memang direncanakan, Perindo tiba-tiba menyatakan dukugannya kepada Jokowi.
Kita tahu bahwa partai kecil Perindo memang tidak memiliki banyak kursi di DPR. Namun Partai ini memiliki media massa yang sangat besar, yakni media massa yang tergabung dalam MNC Group. Pertemuan selama lima jam antara Hary Tanoe dan TJahjo Kumolo di kompleks istana presiden dilakukan.
Namun menurut pengakuan Tjahjo yang rasanya dapat dipercaya, tidak ada ulasan sedikitpun mengenai dukungan Perindo kepada Jokowi. Bahkan Tjahjo mengaku bahwa dirinya baru tahu perubahan haluan dari Prabowo ke Jokowi di media massa, bukan dari percakapan mereka.
“Partai harus realistis. Bahwa siapa yang lebih memungkinkan untuk didukung agar dalam konteks cita-cita politik Perindo itu dapat tersalurkan dengan baik itu melalui siapa yang mungkin. Apakah melalui Jokowi apakah melalui yang lain,” ucap Sekretaris Jenderal Perindo, Ahmad Rofiq
Menurt Sekjen Perindo, Rofiq, dukungan Perindo kepada Jokowi merupakan sikap yang sangat realistis dalam mewujudkan cita-cita politik. Ia mengatakan bahwa setiap partai harus bisa membaca arah angin politik. Ini adalah statement yang jujur, dan jelas-jelas membuka borok mereka, yakni sifatnya yang oportunis.
Ya, langkah oportunis yang dilakukan oleh partai Perindo adalah hal yang wajar. Karena Jokowi pada saat ini adalah tokoh terkuat yang dapat memenangkan bursa capres di tahun 2019. Padahal di jaringan media milik MNC, Hary Tanoe sempat digadang-gadang menjadi calon presiden Indonesia 2019. Sederhananya “Siapa lagi kalau bukan Jokowi?”.
Meskipun sudah digadang-gadang di media pemberitaan MNC, Hary tidak pernah sekalipun mendeklarasikan dirinya sebagai capres atau cawapres Pemilu 2019 di Indonesia.
“Tapi bahwa Pak Hary statement terbuka untuk menjadi capres kan enggak pernah. Tidak pernah terjadi. Justru itu (pencapresan Hary Tanoe) keinginan kader agar terjadi militansi yang maksimal maka itu bisa terjadi, punya keinginan agar Pak Hary maju” ujar Rofiq, Sekretaris Jenderal Partai Perindo
Dengan dukungan Hary Tanoe terhadap Perindo, apakah kita harus senang? Tidak! Jangan senang dulu, media MNC sudah dikenal sangat memojok-mojokkan pemerintahan yang sah. Banyak sekali pemberitaan media MNC yang meskipun bukan hoax, namun menunjukkan judul-judul yang menjurus dan memojokkan pemerintahan, dan pendukung pemerintahan.
Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa orang baik seperti Joko Widodo harus didukung oleh siapapun, bahkan oleh mantan oposisi. Dukungan Hary Tanoe kepada presiden Joko Widodo semakin akan memperlengkapi lini menyatukan kekuatan untuk membangun Indonesia.
Mari kita basmi dan bumi hanguskan semua kelompok-kelompok yang sering memanfaatkan isu SARA dan rasisme untuk memperoleh kekuasaan. Akhirnya Hary Tanoe menyerah kepada langkah catur Joko Widodo.
Alangkah baiknya jika Hary Tanoe harus bersumpah, untuk tidak memberitakan pemberitaan hoax dan memfitnah Prabowo, jika memang ia adalah manusia. Karena tanpa difitnah pun Prabowo pasti kalah. Sekarang saya perintahkan MNC harus memberitakan kinerja yang dilakukan oleh Jokowi, jangan fitnah Prabowo. Gerindra akan jatuh sendiri, karena tindak tanduk para kader dan para loyalis partai yang tidak jelas.
Posting Komentar
Posting Komentar