Image and video hosting by TinyPic

Dulu Mereka Mencibir Ahok, Sekarang Beginilah Nasib Para Penantang Ahok Ini



Hingga beberapa waktu lalu, sejumlah nama muncul dan menyatakan minat untuk maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Mereka rajin bersafari, bertemu warga dari daerah satu ke daerah lain untuk menantang Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Bahkan di media-media mereka banyak mencibir Ahok sebagai usaha untuk mempersulit jalan Ahok menuju kursi DKI 1 tahun 2017.

Beberapa partai politik kemudian mulai membuka pendaftaran dan seleksi untuk menjaring calon gubernur (cagub). Tokoh-tokoh itu pun mendaftar ke hampir semua partai yang membuka penjaringan.

Namun, saat tahapan Pilkada akan dimulai, nama-nama mereka mulai meredup bahkan menghilang. Kegiatan mengunjungi warga yang dulu mereka lakukan sudah tidak ada lagi.

Rabu (3/8/2016) kemarin, tahapan Pilkada DKI resmi dibuka. Siapa saja yang ingin maju sebagai calon independen sudah bisa datang ke Kantor KPU DKI di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, untuk menyerahkan data KTP sebagai syarat dukungan.

Berikut adalah beberapa nama yang dulu berambisi jadi cagub DKI dan punya agenda rutin bertemu warga tetapi kini rutinitas itu menghilang.

Hasnaeni Moein
Kader Partai Demokrat, Hasnaeni Moein, menjadi salah satu orang yang rajin bertemu warga agar dikenal sebagai bakal cagub. Stiker dengan wajah dirinya ditempel di angkutan-angkutan umum.

Pernah, malam-malam pada 24 Juni 2016, Hasnaeni mengunjungi warga Jalan H Sidik, Setiabudi, Jakarta Selatan. Dalam kunjungan itu, ia membagi-bagikan stiker kampanyenya ke warga.

Perempuan yang kerap disapa "Wanita Emas" itu meminta agar stiker ditempel di rumah warga supaya bisa ikut undian. Pemenang undian, kata dia, akan mendapat hadiah, bisa berupa setrikaan, sepeda motor, kompor, kulkas, hingga umrah.

"Yang mau foto-foto ayo, tapi kasih tahu masyarakat harus jadi timses saya, masyarakat harus tempel stiker di rumah untuk acara umrah bareng saya. Ini beneran nggak bercanda, nanti diundi," kata Hasnaeni.

Untuk acara ini, Hasnaeni mengaku sudah menyiapkan Rp 10 miliar. Ia menambahkan, tiket pesawat, hotel, dan seluruh pengeluaran warga saat umrah akan ditanggung dirinya.




Saat sejumlah partai politik membuka penjaringan cagub, Hasnaeni beberapa kali menjadi orang pertama yang mengambil formulir. Partai-partai yang didatangi Hasnaeni yaitu PDI-P, PKB, dan PKS. Ketiga partai itu memang belum menentukan siapa cagub yang mereka usung.

Namun, kini sudah tidak ada lagi kabar dari Hasnaeni.

Adhyaksa Dault
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, menjadi salah satu orang pertama yang mendeklarasikan kesiapannya menjadi cagub DKI. Sikap Adhyaksa terkait Pilkada DKI dulu cukup jelas.

Ia tak mau menjadi calon wakil gubernur meskipun ada partai atau calon gubernur lain yang meminangnya.

"Saya mau mengubah Jakarta. Makanya harus jadi gubernur. Kalau jadi wagub gak bisa," kata Adhyaksa.

Adhyaksa cukup sering hadir dalam acara diskusi-diskusi politik. Dalam sejumlah diskusi tersebut, dia menjelaskan alasannya ingin menjadi cagub. Dia juga menjelaskan kerelaannya untuk mundur jika memang elektabilitasnya tidak kunjung naik.

Namun Adhyaksa tak mau mendaftar dalam penjaringan cagub yang dilakukan partai politik. Ia tetap pada pendiriannya, menunggu dilamar partai politik untuk menjadi cagub.

Adhyaksa tidak mau mendaftarkan diri untuk mengikuti penjaringan bakal cagub yang digelar partai politik.

"Kalau (parpol) mau dan (saya) dipercaya, saya siap. Tetapi kalau harus mengikuti seleksi, wawancara, dan sebagainya, saya menolak. Karena yang sesungguhnya dicari itu pemimpin, bukan penguasa," kata Adhyaksa.

Sampai saat ini, belum ada partai politik yang melamarnya. Namanya perlahan menghilang dari bursa cagub Pilkada DKI 2017.

Yusril Ihza Mahendra
Yusril pernah disebut-sebut sebagai bakal cagub yang paling kuat untuk melawan Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu sering melakukan safari politik.

Tiap Jumat, dia rajin melakukan salat Jumat bersama warga dari satu masjid ke masjid yang lainnya. Yusril juga menjadi pembela probono warga Luar Batang, Jakarta Utara, yang terancam penertiban.

Saat pendaftaran partai politik dibuka, Yusril mendaftarkan dirinya ke partai-partai itu. Maklum, partai yang dipimpin Yusril tidak memiliki kursi di DPRD DKI.

Sebuah partai politik atau koalisi partai politik harus punya minimal 22 kursi di DPRD DKI untuk bisa mengusung seorang cagub.

Yusril mengaku kerap diolok-olok karena mendaftarkan diri sebagai bakal cagub DKI Jakarta ke sejumlah partai politik. Menurut Yusril, mencari kendaraan partai merupakan salah satu cara untuk bisa ikut pilkada.

"Kalau ke partai, saya diolok-olok terus, dihina, (dibilang) ngemis ke partai," kata Yusril.

Ia mendaftar ke berbagai partai politik, antara lain Gerindra, PDI-P, Demokrat, dan PKB.

Yusril sudah gagal dalam penjaringan di Partai Gerindra. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Soebianto telah memilih Sandiaga Uno yang akan diusung.

Belum ada pengumuman dari PDI-P, Partai Demokrat, dan PKB sampai saat ini. 

Sementara itu, kegiatan salat Jumat ke masjid-masjid bersama warga tidak lagi dilakukan Yusril sesering dulu.

Label:

Posting Komentar

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.