Hari ini hari Sumpah Pemuda, harinya kaum muda Indonesia yang berjanji untuk bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu Bangsa Indonesia, menjunjung tinggi berbahasa persatuan Bahasa Indonesia. Yah… Indonesia bukan Islam saja, Katolik saja, Kristen saja, Hindu saja, Budha saja, dan Konghucu saja. Juga bukan Jawa saja, Batak saja, Dayak saja, Minang saja, dan lain sebagainya etnis di Indonesia ini. Indonesia itu satu, se-berbeda apa pun agamanya, dan se-beragam apa pun etnisnya.
Nah saya mau mengingatkan itu kembali kepada seorang sengkuni dari zaman old, Amien Rais, yang beberapa hari yang lalu mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial ketika berorasi menolak perppu ormas no. 2 Tahun 2017. Ada dua hal yang sangat provokatif menurut saya.
Perppu No. 2 Tahun 2017 untuk melenyapkan kekuatan Islam
Menurut sengkuni zaman old ini:"Perppu Nomor 2 Tahun 2017 jelas sebagai pisau politik untuk melenyapkan kekuatan Islam satu demi satu. Yang ditusuk dengan pisau itu HTI. Saya imbau kepada ulama pemimpin tokoh Islam yang keblinger, mereka harus sadar.”
Sebagai non-Islam, pernyataan ini cukup berbahaya dan penuh tanda tanya. Pertama, melenyapkan kekuatan Islam yang mana? Setahu saya, Jokowi selalu mengunjungi pesantren dan bertemu dengan ulama pada setiap kunjungannya ke daerah. Bahkan Jokowi menjadikan Din Syamsudin sebagai orang nomor satu untuk menangani masalah perbedaan agama dan peradaban.
Kalau sengkuni zaman old ini mau jujur, seharusnya dia mengapresiasi Jokowi yang semakin hari semakin memperhatikan pesantren-pesantren sebagai pusat pendidikan kaum muda Islam. Sangat memperhatikan mereka.
Kedua, apa hubungan pembubaran HTI dengan kekuatan Islam? HTI memang bagian dari Islam dan mengaku Islam. Tetapi HTI bukan representasi kekuatan Islam di Indonesia. HTI adalah organisasi politik dari luar Indonesia yang dibawa ke Indonesia untuk merusak bangsa ini dengan membawa ideologi khilafah. Jadi HTI bukan ormas dakwah, melainkan organisasi politik Hizbut Tahrir yang berada di Indonesia.
Apalagi dari sekian ribu ormas Islam, hanya HTI saja yang dibubarkan pemerintah karena memang sejauh ini hanya HTI yang secara lantang menolak ideologi Pancasila dan ingin menggantinya dengan ideologi khilafah. Apakah akan terjadi hal yang sama pada ormas Islam lainnya? Tidak akan terjadi sejauh ormas itu tidak bertentangan dengan Pancasila dan tidak mengancam keutuhan bangsa.
Sebenarnya Perppu No. 2 Tahun 2017 sudah sangat jelas. Ormas apa pun, bukan hanya ormas Islam, melainkan ormas apa pun, yang bertentangan dengan Pancasila, bertindak sewenang-wenang, serta mengancam kesatuan dan persatuan bangsa, harus dibubarkan. Jadi tidak ada bahaya terhadap organisasi lainnya. Bahwa pemerintah harus mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang mengancam keutuhan NKRI, sudah menjadi kewajibannya. Tindakan pemerintah itu adalah amanat UUD 1945.
Oh iyah…. Islamophobia lahir karena apa? Karena teroris di Indonesia ini terjadi dilakukan oleh teroris mengatasnamakan Islam. Karena segelintir ormas Islam yang merasa berhak melakukan apa saja kalau tidak sesuai kemauan mereka. Karena ideologi HTI yang menolak Pancasila. Jadi bukan karena pemerintah, masyarakat dan non-Islam yang memframing, melainkan akibat tindakan oknum-oknum yang merasa pemilik surga.
Menyinggung soal kafir yang di sisi Jokowi
Menurut, Amien Rais, sengkuni zaman now:"Ingat kalau Allah sudah menginginkan makar maka tokoh-tokoh kafir di sisi Jokowi tidak akan ada artinya.”
Sebenarnya ini sangat mengecewakan, kenapa bisa orang berpendidikan, politisi, mantan ketua partai, dan pengalaman berharga lainnya, berpikiran seperti ini. Harusnya Amien Rais jauh lebih bijaksana dari ini. Tetapi ah….sudahlah…
Ada beberapa hal tersirat dalam pernyataan Amien Rais. Pertama, tokoh kafir di sisi Jokowi. Siapa sih yang dimaksud sengkuni ini? Memang ada beberapa orang kristiani yang menjadi anggota kabinet kerja, tetapi apakah itu artinya apakah mereka dikenal sebagai pegiat anti-Islam? Dari antara mereka, tidak ada satu pun yang menunjukkan indikasi ke sana. Bahwa mereka dipilih dari antara sekian banyak profesional adalah demi kemajuan bangsa. Mereka dipilih berdasarkan kemampuan bukan agamanya.
Kedua, perppu hasil pemikiran kafir di sisi Jokowi. Jadi benar bahwa ada orang kafir, versi sengkuni, di sisi Jokowi. Tetapi tidak ada kaitannya dengan perppu ormas. Kalaupun, misalnya, perppu hasil bisikan mereka, masih ada DPR sebagai lembaga pengesahan perppu menjadi undang-undang. Saya tidak mau berspekulasi soal ini, tapi yang jelas sangat tidak masuk akal bila perppu ormas dibuat hanya karena sentimen agama. Sangat memalukan.
Ketiga, Jokowi disetir kafir. Ini lebih aneh lagi. Bahkan Megawati dan JK tidak bisa menyetir Jokowi, apalagi bawahannya. Ini logika paling goblok yang perah saya dengan dari kalangan politisi. Kalau kaum datarian dan cabuler berpendapat seperti ini, masih bisa dimaklumi. Tetapi kalau Amien Rais yang berbicara seperti ini, sangat memalukan generasi zaman old.
Keempat, konfirmasi bahwa ada keinginan makar. Amien Rais bersembunyi di belakang nama Allah. Dia menyebut kalau Allah menginginkan makar, bla bla bla bla, padahal dia sendiri yang menginginkan makar, melengserkan Jokowi sebagaimana dulu ia melengserkan Shoeharto dan Gusdur. Dia tidak tahu bahwa zaman sudah berubah dan keadaan negara sudah tidak seperti yang dia bayangkan.
Amien Rais eksis di bumi datar
Kalau masih ada kaula muda zaman now yang mau mendengarkan pernyataan Amien Rais yang seperti ini apalagi mengikutinya, bisa dipastikan mereka pasti penghuni bumi datar dan pengikut kaum cabuler. Apalagi kalau diajak berdebat langsung mencaci maki dan marah-marah, mereka ini adalah pentol-korekers. Hahahaha…..Pesan saya untuk Amien Rais. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya ingin Indonesia ini lebih baik, itu saja. Untuk menjadi lebih baik, pernyataan-pernyataan Amien Rais ini sangat tidak pantas karena kontraproduktif dan berpotensi memecah belah bangsa ini. Sebaiknya Amien Rais mempersiapkan masa tua yang tenang. Mengajak generasi zaman now mencintai bangsa ini dan siap membela negara dengan kemampuan-kemampuan mereka masing-masing. Atau kalau tidak bisa mengajak, jalan terakhir diam saja. Semoga semakin tua semakin bijaksana, ya Pak Amien.
Salam dari rakyat jelata
Posting Komentar
Posting Komentar